Economic Empowerment CSR Sinarmas Land Bidang Ekonomi

Warung Super

Sepeda Coffee

Ruko Golden Madrid Blok D No. 26, Jl. Letnan Sutopo, BSD Sektor XIV, Tangerang Selatan, Banten 15310 Indonesia
Menuju lokasi
081293576589
Kopi lebih dari sekedar sebuah minuman penyegar dahaga. Ada begitu
banyak hal yang terjadi untuk dapat menghadirkan secangkir kopi di hadapan
kita. Kopi bisa dianggap sebagai suatu budaya, suatu penggerak ekonomi,
suatu seni, suatu ilmu pengetahuan, dan bahkan sebagai suatu “passion”.
Indonesia di anugerahi kondisi ideal bagi tumbuhnya pohon kopi karena letak
strategisnya di wilayah khatulistiwa, dimana pohon kopi hanya bisa tumbuh di
zona yang disebut “The Bean Belt”. The Bean Belt adalah suatu zona wilayah
yang berada di antara 30 ̊ garis lintang selatan dan 25 ̊ garis lintang utara.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2020
terjadi transaksi ekspor kopi sebanyak 379,35 ribu ton atau terdapat
peningkatan sebesar 5,65% dari tahun 2019. Sedangkan berdasarkan data
dari ICO (International Coffee Organization), Uni Eropa adalah importir kopi
terbesar di dunia sebanyak 40.251 karung ukuran 60 kg (2.415.060 kg) dan
Amerika Serikat mengimpor sebanyak 26.982 karung ukuran 60 kg
(1.618.920 kg) dalam periode pembelian tahun 2020-2021.
Indonesia menjadi salah satu eksportir kopi terbesar di dunia dan berada
pada peringkat keempat. Pada tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat
keempat sebagi negara pengekspor kopi terbesar di dunia dengan jumlah
kopi sebesar 667,000 ton. Angka ini masih terbilang cukup jauh bila
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Brazil, Vietnam, dan
Colombia. Dan pada tahun 2018 kopi Indonesia mampu menyumbang sekitar
7% dari kebutuhan kopi dunia.
Melihat potensi usaha yang bisa di raih dari begitu besarnya pasar kopi
domestik dan luar negeri, maka kami PT. Sanika Indonesia Sukses (Sanika)
hadir sebagai jawaban bagi para konsumen kopi. Untuk dapat berpartisipasi
aktif didalam rantai perdagangan kopi secara global, Sanika harus terus
melakukan peningkatan standard yang dipersyaratkan oleh regulator
pemerintah, sektor swasta, dan konsumen di seluruh dunia, seperti
peningkatan standar produk, peningkatan standar fungsi, peningkatan
standard proses produksi dan lain sebagainya.
Sanika memanfaatkan secara penuh kemampuan dan pengalaman dari para
pendirinya yang memiliki latar belakang penerbang sipil profesional yang
berpengalaman kerja di banyak negara, untuk dapat mengintegrasikan diri
kedalam kancah perdagangan kopi global. Keahlian kunci seperti prioritizing,
multi-tasking, decision making, dan teamwork yang sudah dimiliki dan
dipraktekkan dalam profesi sebagai penerbang sangat dimanfaatkan
kegunaannya dalam menjalankan usaha kopi.
Sejak awal tahun 2020, pandemi Covid-19 telah mengubah cara hidup
banyak orang di dunia. Dan “From Boeing to Brewing” merupakan tindakan
usaha yang cukup radikal dari para pendiri Sanika untuk dapat menghidupi
keluarga dan sekaligus mengembangkan usaha kopi yang berkesinambungan
dan terintegrasi satu sama lain.
Dimulai dari hobi bersepeda selama bekerja di Korea Selatan, salah satu
pendiri Sanika mulai berjualan green bean dan roasted bean yang berasal
dari Indonesia ke kafe-kafe yang berada di jalur sepeda di kota Seoul. Hingga
pada akhirnya setelah mengalami pemutusan hubungan kerja selama
pandemi Covid-19, kegiatan berjualan biji kopi Indonesia tetap dijalankan
hingga saat ini.
Pada awal usaha berjualan, yang dimulai dari penjualan secara langsung
dengan mengunjungi kafe-kafe atau door to door sale, berkembang menjadi
pembuatan dan penjualan kopi kapsul yang di fokuskan pada pasar ekspor,
hingga sekarang ini sejak diberi kepercayaan oleh SML UMKM Centre untuk
berjualan di Pasar Modern Intermoda BSD City dengan membuka kios yang
berfokus pada penjualan roasted beans dan produk-produk yang bisa
diminum di tempat, terjadi beberapa perubahan konsep dan strategi usaha
yang mengadaptasi dinamika pemenuhan kebutuhan konsumen.
Dengan adanya dinamika pemenuhan kebutuhan konsumen, maka Sanika
terus berusaha untuk dapat beradaptasi dengan cepat. Sesuai dengan
penerapan prinsip usaha seperti yang dijelaskan oleh John S. McCallum
dalam Ivey Business Journal: “Enterprises that do not adapt are in for a lot of
trouble. The problem is change: The more rapid the pace of change, the more
dire the consequences of stubbornly sticking to old ways. Effectively adapting
to rapid change must be a relentless, day-to-day activity. Searching for the
magic bullet that will make all well immediately is a distracting waste of
resources. Adapting is a game of singles, not home runs. Executives should
move on a number of fronts.”

 

Whatsapp Instagram

Please Activate Your Javascript

We're sorry but our site requires JavaScript. Please activate your browser's javascript.